Selasa, 11 November 2008

Sejarah Kamera

Camera. . .
Tentunya kita sudah tau benda apa itu. . . untuk lebih mengenal berikut saya ceritakan sejarah Kamera. . .


Selamat Membaca... ^_^...

Seorang matematikawan asal Italia antara tahun 1501-1576, Gerolomo Cardano, memperkenalkan sebuah piringan kaca yang posisinya ada didalam kameranya untuk menutupi sebuah lubang kecil. Piringan kaca itu dinamakan lensa. Kata lensa sendiri berasal dari kata bahasa Latin, lentil.

Lensa muncul pertama kalinya pada untuk penggunaan kacamata. Pada prosesnya selama 300 tahun terus berkembang hingga muncul lensa untuk penggunaan pada teleskop dan mikroskop. Pada abad ke-17, orang-orang berpendapat bahwa tidak bisa sembarang lensa yang bisa digunakan pada camera obscura. Maka dibuatlah lensa convex yang berfungsi untuk menghasilkan gambar yang lebih jelas dan lebih tajam.

Camera obscura merupakan nenek moyang dari kamera yang diciptakan pertama kali oleh seorang ilmuwan Irak yang bernama Hassan bin Hassan atau yang lebih dikenal sebagai Ibn Al Haytham seperti yang tercantum dalam bukunya “Book of Optics” pada tahun 1015-1021.

Sebelum tahun 1300, Roger Bacon dianggap sebagai penemu kamera oleh segelintir orang, tapi hal ini dibantah keras oleh ilmuwan dunia saat itu karena Roger Bacon menemukan teropong bintang untuk melihat gerhana matahari, bukan berarti beliau menjadi penemu kamera.

Kemudian pada tahun 1660-an, seorang ilmuwan asal Inggris, Robert Hoyle bersama asistennya, Robert Hooke mengembangkan kamera ciptaan dari Ibn Al Haytam sehingga menjadi cikal bakal kamera sekarang ini.

Kamera pertama yang berukuran kecil dan bisa dibawa-bawa untuk penggunaan fotografi dibuat oleh Johann Zahn pada tahun 1685. Tempat fokus pertama kali pada kamera fotografi pertama digunakan dengan menambahkan kotak yang bisa digeser dan terbuat dari kayu. Padahal sebelumnya sebuah kamera harus dimasukan sebuah plat sensitif di depan layarnya untuk melihat dan fungsinya untuk merekam gambar.

Jacques Daguerre membuat daguerreotype yang prosesnya menggunakan plat copper, kemudian William Fox Talbot juga menemukan proses calotype yang berfungsi untuk merekam obyek atau gambar ke kertas.

Pada tahun 1826, sebuah kotak kayu yang bisa digeser hasil bikinan Charles and Vincent Chevalier di Paris, dibuat sebagai kamera fotografi permanen oleh Joseph Nicéphore Niépce. Beliau membuatnya sebagai kamera fotografi permanen berdasarkan atas penemuan oleh Johann Heinrich Schultz di tahun 1724.

Tahun 1829, Niépce bekerjasama dengan Louis Jacques Mande Daguerre. Empat tahun kemudian Niépce pun wafat, tapi penelitian dan proyeknya terus berlanjut. Hasil dari perjuangan Daguerre seorang diri menghasilkan suatu proses mencetak gambar di kaca yang permanen dan tekniknya dinamakan daguerreotype. Teknik ini kemudian dijual kepada pemerintah Perancis pada tahun 1839. Teknik mencetak gambar ini menjadi tersebar ke seluruh Eropa dan Amerika. Namun ada satu kelemahan dalam teknik ini, yaitu kita hanya bisa mencetak satu gambar saja.

Seorang berkewarganegaraan Inggris bernama William Fox Talbot menemukan teknik mencetak gambar yang bisa diperbanyak dengan menggunakan kertas film negatif. Namun demikian hasil cetakannya tidak sebagus daguerreotype, tapi kelebihannya dapat diperbanyak berapapun jumlahnya. Teknik ini dinamakan calotype dan ditemukan pada tahun 1844.

Setelah berkembangnya teknik daguerreotype dan calotype, maka muncul inovasi baru yang dikembangkan oleh Frederick Scott Archer pada tahun 1851. Teknik ini dapat mencetak foto lebih cepat. Hanya dalam waktu 3 detik!! Proses sederhananya begini, gambar dicetak pada saat plat film masih dalam keadaan basah. Teknik ini dinamakan collodion.

Richard Maddox menemukan gelatin, sebuah bahan yang bisa digunakan untuk mencetak foto untuk menggantikan piringan kaca fotografik pada tahun 1871. Ini merupakan awal dari proses produksi massal film.

Teknik-teknik dalam fotografi berkembang pesat selama abad 20 hingga ditandai oleh beberapa event penting seperti dikembangkannya film berwarna (1907), dikembangkannya film berwarna berlapis yang disebut Kodachrome (1936) dan sangat berperannya jurnalisme foto saat pemberitaan di masa-masa Perang Dunia II.


Mungkin anda Bosan membacanya, , ,tapi inilah sejarahnya. . .

Semoga dapat menambah pengetahuan Anda. . .

Belajar CamDig

Camera Digital...
saat ini sudah banyak dugunakan di berbagai kegiatan manusia untuk itu kita sebagai manusia Modern ga mau donk ketinggalan zaman. . .

Untuk Sekedar pengetahuan saya punya seikit Informasi tentang bagian - bagian CamDig. .
Smoga Bermanfaat yach. . .

1) Viewfinder
View finder adalah sebuah lubang yang berbentuk seperti jendela yang terdapat dibagian dalam kamera. Lubang ini berfungsi untuk melihat target pemotretan melalui kamera.Ada beberapa jenis viewfinder yang biasanya menggunakan sebuah cermin didalam kamera untuk melihat melalui lensa tersebut. Jenis viewfinder ini akan memberikan tingkat akurasi yang lebih baik, ketika dilakukan proses penciptaan bayangan. Namun, ada pula beberapa jenis viewfinder yang hanya berupa lubang sederhana melalui badan kamera.

2) Shutter
Ini adalah perangkat yang berupa sebuah potongan plastik atau logam yang tidak tembus cahaya (buram), yang terdapat didalam kamera. Alat ini berfungsi untuk mencegah cahaya mengenai film atau sensor digital. Untuk membuka atau melepaskan shutter ini dilakukan oleh tombol pelepas shutter (shutter release button). Sedangkan untuk pengaturan lamanya waktu pembukaan shutter diatur oleh alat yang bernama shutter speed setting.

3) Shutter Release
Shutter Release adalah salah satu perlengkapan kamera dalam bentuk tombol, yang berfungsi sebagai pendukung operasional Shutter. Pada pelaksanaan prosesnya, Shutter Release akan menaikkan atau mengeluarkan Shutter yang terdapat didalam kamera, dalam jangka waktu yang telah dispesifikasikan. Hal ini bertujuan agar cahaya dapat mengekspos film.Pada beberapa kamera SLR (Single Lense Reflect), tombol Shutter Release ini juga akan membuka (menaikkan) sebuah cermin yang terdapat didalam kamera. Dengan langkah ini, seorang photograper akan dapat menggunakan viewfinder, untuk dapat melihat melalui lensa itu sendiri. Banyak juga tipe kamera SLR yang membuka (menaikkan) Shutter-nya melalui sebuah remote. Biasanya, antara kamera dan remote tersebut dihubungkan dengan sebuah kabel.Pada kamera otomatis, fungsi Shutter Release juga akan memajukan film, yang akan mengaturnya pada posisi siap untuk proses pemotretan selanjutnya. Sedangkan pada kamera manual, untuk memajukan film dan penghitung waktu pemotretan, biasanya menggunakan “film advance lever”. Pengoperasian “film advance lever” ini harus diputar dengan menggunakan tangan secara manual.

4) Shutter Speed Control
Komponen yang merupakan pendukung Shutter yang lain adalah Shutter Speed control (shutter speed setting). Alat inilah yang dapat digunakan untuk mengatur berapa lama Shutter akan tetap terbuka. Shutter speed biasanya diukur dalam satuan per second (per detik). Namun, umumnya penghitungan tersebut hanya ditampilkan dengan penyebutnya saja. Sebagai contoh 1/60 detik, maka akan ditunjukkan dengan 60 saja.Pada kamera otomatis, pengaturan ini dapat dengan dengan mudah diakses melalui sebuah menu, yang ditampilkan pada sebuah layar yang terdapat dibagian belakang kamera. Sedangkan pada kamera manual, shutter speed biasanya diatur dan ditampilkan melalui sebuah tombol (knob) yang terdapat pada bagian atas kamera.

5) Film Speed Control
Untuk mendapatkan pembacaan cahaya yang akurat, light meter yang terdapat pada kamera harus dikalibrasikan dengan film speed-nya (film speed adalah tingkat kepekaan film terhadap cahaya). Light meter adalah perlengkapan kamera yang akan mengatur jumlah cahaya yang mengenai film, apakah kurang atau berlebihan untuk pengeksposan bayangan anda yang sesuai. Untuk melaksanakan proses pengkalibrasian tersebut, maka dibutuhkan alat yang disebut Film Speed Control. Alat inilah yang akan melaksanakan fungsi pengatuan tersebut.Pada kamera manual, film speed dapat diatur secara elektronis melalui sebuah menu. Pada beberapa tipe kamera manual yang lain, pengaturan tersebut ada juga yang dilakukan dengan menggunakan tombol. Dan pada kamera manual, biasanya pengaturan tersebut diintegrasikan dengan indikator kecepatan film (film speed indicator) yang terdapat pada bagian atas kamera.Pada kamera otomatis, pengontrolan dan indikator kecepatan film biasanya terpisah dengan film speed yang ditunjukkan melalui tampilan menu elaktronik, yang terdapat pada bagian belakang kamera.

6) F-Stop Control
Perlengkapan ini berupa angka-angka yang berfungsi untuk mengatur ukuran aperture (sebuah bukaan yang ukurannya dapat disesuaikan, yang terdapat didalam lensa/lubang bidik kamera), yang terdapat didalam lensa.Pada kamera otomatis, F-Stop Control terletak pada kamera. Sedangkan pada kamera manual yang lama, F-Stop Control terletak pada lensa-nya.

7) Film Compartment
Pada bagian belakang kamera terdapat ruangan yang berfungsi sebagai tempat untuk menempatkan film. Pada ruangan tersebut juga terdapat tempat untuk menempatkan canister film, sprockets yang akan menjaga jarak film dengan area pencahayaan pada kamera, plat penekan untuk mengeratkan film, dan penggulung rol yang akan memutar film yag terpasang pada kamera.Untuk me-rewind film yang telah habis, kamera otomatis akan menggunakan sebuah motor yang berukuran kecil. Sedangkan pada kamera manual, photographer-nyalah yang harus me-rewind film secara manual ke canister. Proses rewind dilakukan dengan memutar tombol rewind kecil yang terdapat pada kamera tersebut.

8) Flash/Lampu kilat
Salah satu perlengkapan yang sangat mendukung dalam aktivitas fotografi adalah Blitz atau Flash. Orang-orang yang awam dalam bidang ini biasanya menyebut Flash atau Blitz ini dengan sebutan lampu kilat.Saat ini, hampir semua jenis kamera dilengkapi dengan Flash. Ada yang menggunakan cahaya lampu sederhana, yang dibuat didepan kamera. Pada kamera SLR, biasanya flash dibuat dan akan muncul dari dalam tempat penyimpanannya yang terlindung. Umumnya flash disimpan dan ditempatkan pada bagian atas kamera. Lampu kilat eksternal juga dapat dibuat melalui “hot shoe mount”. Atau melalui port penghubung berukuran kecil yang terdapat pada bagian depan kamera, yang dapat dihubungkan dengan flash jarak jauh melalui sebuah kabel. Lampu kilat eksternal ini biasanya digunakan untuk jenis kamera manual.

9) Hot Shoe Mount
Hot Shoe Mount adalah sebuah tempat yang terdapat pada sebagian besar kamera SLR. Hot Shoe Mount terletak pada bagian atas kamera, yang dapat menjadi tempat penghubung antara kamera dengan lampu kilat eksternal.

10) Lens Mount Ring
Pada bagian depan kamera yang memiliki lensa yang dapat ditukar-tukar, terdapat sebuah ring logam. Melalui fungsi ring logam inilah, lensa-lensa tersebut kemudian dapat terpasang dengan aman. Pada ring lensa ini terdapat kontak elektrik, yang menghubungkan pengaturan lensa dengan badan kamera. Untuk mengeluarkan lensa dari badan kamera, biasanya menggunakan sebuah tombol atau tuas kecil yang terdapat disisi samping kamera. Tombol atau tuas ini biasa disebut dengan “lens release button”.